[MOU-2] Remed Gak Remed Tetap Semangat!

Penghujung malam. Ayam belum lagi keluar dari kandangnya dan berjuta-juta manusia masih terlelap dalam tidurnya. Khalid sontak bangun dari tidurnya ketika alarm dari HPnya berbunyi. Jam 3.30. Khalid ngulet (tau ngulet ga?) sebentar kemudian duduk dan membaca do’a bangun tidur (hayoo..tau ga gimana do’anya?). Setelah itu berdiri dan meregangkan badan sebentar. Kemudian ke kamar mandi untuk berwudhu. Kembali di kamar, Khalid menggelar sajadahnya. Masih ada waktu untuk curhat dengan Allah yang sedang turun ke langit dunia. Dia inget hadits yang pernah dibacain sama ketua DKM sekolah yang gantengnya kayak Rafi Ahmad:

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Allah tabaraka wa ta’ala akan turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir. Maka Ia berkata: “Barangsiapa siapa yang berdo’a kepada-Ku akan Aku kabulkan doanya; barangsiapa yang meminta kepada-Ku, akan Aku beri permintaanya; dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni dia”. (HR. Bukhari Muslim)

Setelah menyelesaikan 2 rakaat, Khalid mengambil HPnya dan mengetik SMS.

“Cuy, bangun.. Tahajud nyok!”
>>message sent to Mahar

Khalid kemudian melanjutkan shalatnya.

————- ⌘ ———–

Mahar. Mendengar bunyi ringkik kuda dari HPnya ia membuka mata. (Btw, enggak banget deh emang tuh SMS tone-nya Mahar). Dengan mata setengah terbuka Mahar membaca SMS dari Khalid.. Huah.. untunglah Khalid SMS. Soalnya, tadi Mahar udah sempet bangun pas denger alarm, eh tapi tidur lagi setelah matiin alarm. Mahar pun melakukan ritual yang hampir mirip dengan Khalid.

Seusai shalat, Mahar berdo’a panjang.. Mulai dari minta ampun atas dosa-dosanya, minta ampun dan kasih sayang Allah untuk orangtua dan keluarganya, minta diberi kekuatan untuk menjalankan amanahnya, untuk istiqomah sebagai seorang Muslim. Tak lupa ia kirimkan do’a untuk saudara-saudara di Palestina, semoga mereka diberi kekuatan selalu oleh Allah, tercukupi kebutuhannya meskipun diblokade negara penjajah, dan tetap istiqomah dalam perjuangannya. Masih banyak sebenarnya, tapi kalo disebutin semua bisa-bisa tulisan ini isinya daftar do’a Mahar semua.

Ada lagi satu do’a Mahar yang perlu kita ketahui bersama.. Ia meminta supaya gak remed ujian..hehe.. Alhamdulillah ujian kemarin Mahar bisa menjalankan tekadnya untuk gak nyontek atau kerjasama. Tapi sangat sedih ternyata masih ada aja temen-temennya yang nyontek. Sedih sekali, melihat bagaimana orang-orang terpelajar itu seolah nggak percaya dengan kemampuannya sendiri. Padahal mereka pintar! Itu pasti. Ah, semoga mereka nggak nyontek lagi.

Seusai berdo’a Mahar tilawah. Setelah mendengar azan Subuh, Mahar pergi ke masjid. Siap-siap pake bagu koko yang lagi ngetrend ala Uje. Sebelum keluar rumah ia sempatkan mengetuk pintu kamar orangtuanya dan adiknya, membangunkan mereka untuk shalat. Ibunya membuka pintu kamar dan menyapa Mahar. Ayah Mahar tak ada di rumah, sedang dinas ke Palembang. Mahar pamit pergi ke masjid lalu mengucap salam.

Di masjid Al-Insan yang megah, seperti biasa Mahar shalat tahiyat masjid dan qobla Subuh. Di sana hanya ada segelintir lelaki, bisa dihitung dengan jari kedua tangan. Sebagian besar bapak-bapak yang sudah tua pula. Duh, kemanakah pada pemuda Islam? Padahal katanya orang Yahudi akan takut sama umat Islam ketika jama’ah shalat Subuh di masjid sama dengan jama’ah shalat Jum’at. Kalo dipikir-pikir, wajar aja ya, kalo jama’ah shalat Subuh sebanyak jama’ah shalat Jum’at, berarti umat Islam sangat baik keimanan dan persatuannya. Di pagi buta mereka memilih meninggalkan tempat tidur dan pergi ke masjid untuk shalat berjama’ah. Tapi sekarang, yah beginilah kondisinya. Iqomah berkumandang, Mahar dan jama’ah lain merapatkan shaf yang hanya satu baris saja. Takbir menggema dan larutlah mereka dalam bacaan shalat sang imam.

————- ⌘ ———–

“Yeaay! Gue cuma remed Fisika doang!”
“Ampun dah! Biologi, Kimia, Mate. Mateee gue!”
“Gue Bahasa Inggris.. hiks..”
“Gue gak remed dooong!!”
“Huuuuuuuuuu!! Sombooong!”
Anak-anak sekelas menyoraki si juara kelas yang memang wajar lah kalo gak remed. Kelas Khalid saat itu ramai dengan sorak sorai anak-anak merayakan ke-remed-an (lho?). Yah, ada yang seneng, ada yang sedih, ada yang sebel, campur-campur deh. Khalid sendiri harus remed Bahasa Jerman.

Kepala Mahar nongol di pintu kelas Khalid, tampangnya agak bete. Mahar mengajak Khalid makan di kantin. Khalid keluar kelas dan berjalan ke kantin bersama Mahar. Mereka memilih duduk di bangku dekat jendela setelah memesan dua porsi mie ayam Mas Bejo. Arief, sang juara kelas di kelas Mahar kemudian bergabung dengan mereka. Tak lama, bergabung pula Sule.

“Helloo cuy, pakabar nih? Kusut amat semua mukanya kecuali si Arip.. hehe”, sapa Sule dengan gaya Choky Sitohang.
“Eh, tampang gue kusut, Le? Lupa tadi pagi belom sempet disetrika. Hehe.. Enggak deng, laper gue, belom makan tadi pagi”, jawab Khalid. Sementara Arief senyum-senyum dan Mahar merengut.
“Kenape lo Har?”, tanya Sule. Mahar makin merengut.
“Laper”, Khalid yang jawab. Mahar melirik sok sinis ke arah Khalid yang cuma cengar-cengir.
“Sudahlah Har, tak apa remed tu, yang penting kau kemarin kerja sendiri lah, tak nyontek pula kan kau”, kata Arief dengan logat khasnya. “Kata mamakku tak apalah hasil tak bagus, asal jujur kita orang. Jujur tu perkara mahal jaman sekarang, langka Har”, sambungnya.
“Maaf ya semuanya, gue rada bete. Sindrom Hyper Remed nih cuy. Gue remed 3 pelajaran”, kata Mahar. “Padahal gue udah yakin aja gak bakal remed. Gue udah belajar, yah tapi emang soalnya susah sih. Cuma agak kecewa aja. Gue udah berusaha buat jujur, tapi hasilnya gak sesuai harapan. Sedangkan banyak yang gak jujur sekarang tenang-tenang aja, gak remed sama sekali. Lagian, gue takut orangtua gue kecewa”, curhat Mahar panjang lebar.

Ah, mas Bejo datang membawa mie ayam. Percakapan mereka sementara terhenti demi menyantap mie ayam yang sedap itu.

“Har, inget ga? Omongan kita yang seminggu lalu soal nyontek. Gue rasa lo bener”, kata Sule serius ala detektif. “Gue nahan diri banget buat gak nanya-nanya. Tapi gue masih ditanyain atau jadi perantara contekan. Gue gak enakan buat nolak”, kata Sule dengan tampang menyesal.
“Wah, keren Le!”, puji Khalid tulus. “Setidaknya lo udah bertekad untuk gak nyontek. Itu kemajuan bagus banget.. hehe”
“Dan tau hasilnya apa? Ternyata gue remed tiga pelajaran juga, kayak lo Har. Padahal biasanya cuma satu deh”, cerita Sule selanjutnya. “Tapi gue puas, soalnya gue ngerjain sendiri. Tapi ternyata.. ya segitulah kemampuan gue.. Itu bikin gue sadar bahwa selama ini gue belum belajar dengan bener. Gue dapet nilai bagus bukan hasil gue sendiri”.
“Ha, baguslah itu Sule. Mantap jaya kau ini”, kata Arief sambil tergelak. (Awas keselek boi)

“Har, hasil itu urusan Allah. Urusan kita cuma usaha dan berdo’a”, kata Khalid. “Inget gak, ada sebuah cerita tentang anak kecil yang ikutan lomba. Dia berdo’a sama Allah, bukan supaya menang. Tapi supaya dapet hasil yang terbaik dan bisa nerima dengan hati lapang apapun hasilnya, termasuk gak kecewa kalo kalah”.
Khalid menyuapkan sesendok mie ayam terakhir ke mulutnya. Setelah selesai makan dia melanjutkan.
“Emang sih kita boleh berdo’a apa aja sama Allah. Tapi enakan berdo’a kayak gitu kan, minta dikasih kelapangan hati apapun hasilnya. Yang penting kita optimal usaha dan do’a. Hasil sih bukan urusan kita. Tentang temen-temen yang lain, ya mungkin kita ngerasa gak adil banget. Tapi itu urusan mereka. Semua perbuatan kita gak akan luput, semua dicatat malaikat, semua harus dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Bahkan kalau kita ngeles, tangan kita sendiri yang bicara nanti, bersaksi sejujur-jujurnya!”

Sule manggut-manggut, Arief menjentikkan jari seolah berkata “Betul itu, setuju lah aku sama Khalid tu”, Mahar menghela napas.

Khalid melanjutkan, “Ingat surat Al Baqarah ayat 216, boleh jadi kita menyukai sesuatu, tapi itu gak baik buat kita. Boleh jadi kita benci sesuatu, tapi ternyata itu buruk buat kita. Kita gak tau apa-apa, sedang Allah Maha Mengetahui. Mungkin lo gak suka sekarang lo harus remed, tapi insya Allah ada hikmah yang besar di balik itu”
“Iya Har, pasti ada hikmahnya. Salah satunya lo musti sabar.. hehe. Buat gue juga sih, gue kan remed juga. Terus mungkin Allah pengen kita belajar lebih giat lagi, supaya ilmunya bener-bener nempel, bukan sekedar dapet nilai bagus doang”, tambah Sule.
“Wahai… bijak nian kau Le.. Hahaha..”, Arief kembali tergelak. Sule senyam senyum.
“Makasih ya saudara-saudaraku. Gue lebih lega sekarang. Alhamdulillah.. ”, kata Mahar sambil tersenyum.
“Sama-sama Har. Pan kita sodara, yak?”, ujar Sule sambil bangkit dari kursinya. “Gue juga makasih nih sama Pak Ustad”, sambungnya sambil melirik Khalid. “Gue jadi dapet ilmu baru juga. Belajar di mana sih Pak Ustad? Pengen dong ikutaaaan..hahaha“
“Yee… manggil Pak Ustad segala”,Khalid pura-pura galak. “Gue do’ain lo jadi Pak Ustad beneran nih Le. Tapi bener nih ntar ikutan gue belajar ya, di mentoring sama Aje, Sabtu ntar!”
“Oke bosss! Siapp!”, jawab Sule sambil hormat.

Mereka berempat kemudian berpisah ke tujuan masing-masing. Mahar langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah ia baru melihat HPnya. Ternyata ada 1 SMS masuk.

>>1 message received
Sender: Khalid
“Jadi, keep istiqamah ya, saudaraku. Selalu bersyukur.
Memperoleh hasil di luar perkiraan bukan berarti mengecewakan orang-orang terdekat, karena bagaimana pun juga kuasa tetap ada pada-Nya.
Lakukan yang terbaik untuk masa depan
Jadikan masa lalu sebagai cermin, bukan sebagai bayang-bayang hitam.”*

Tersenyum, dalam hati Mahar bersyukur mempunyai sahabat yang selalu mengingatkan. Hanya saja senyum itu buyar mengingat muka Khalid yang sok iye waktu bilang, “Har! Liat rambut gue deh.. mirip sama jambulnya A’Agus ketua Forkom yak?”

Rabu, 16 Juni 2010
Redaksi Mentoring Online for You – MK Forkom Alims

*RM1, pinjam pesan ini ya! Jazakallah khair

4 thoughts on “[MOU-2] Remed Gak Remed Tetap Semangat!

Leave a reply to [MOUc-1] Remed ! at Least …. | iNozzer Cancel reply