Tadabbur Quran #3: Jalut dan Thalut

Dulu kalau baca terjemah Quran, nggak ngeh kalau ini ternyata masih lanjutan cerita Bani Israil. Ingatnya cuma ada raja namanya Thalut, bawa pasukan lewat sungai, bilang jangan minum kecuali sedikit, terus banyak pasukan yang melanggar perintahnya. Ternyata ini masih sambungan kisah Bani Israil. Dimulai dari QS Al-Baqarah: 246.

Belum dapat sumber yang mumpuni sih, baru dapat dari Republika Online: Bagian 1, Bagian 2, Bagian 3.

Di situ dikatakan bahwa setelah Nabi Musa meninggal, Bani Israil mengalami masa-masa suram. Jadi mereka “dijajah”, diperlakukan sewenang-wenang sama suatu kaum yang dipimpin oleh Jalut.  Terus mereka minta pada nabinya agar mengangkat seorang raja yang dapat memimpin mereka berperang melawan Jalut. Kemudian diangkatlah Thalut menjadi raja mereka. Thalut ini orang biasa, bukan keturunan kerajaan, karena keturunan kerajaan berada pada kekuasaan keturunan Yahudza, dan Thalut bukan keturunannya.

Setelah permintaannya dipenuhi, apa yang Bani Israil katakan?

“Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak”.

Protes! Ampun yak.. Padahal permintaannya udah diturutin. Terus nabi mereka berkata,

“‘Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik.’ Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.”

Bani Israil kenapa bawa-bawa kekayaan ya.. Menurut mereka pemimpin harus kaya supaya bisa mengendalikan pemerintahan, sedangkan Thalut orang biasa aja. Tapi di ayat itu juga kita belajar, bahwa kriteria pemimpin itu bukan yang kaya, tapi yang punya ilmu dan kuat fisiknya. Punya ilmu, wawasan, dan gagasan, dan punya fisik yang kuat untuk mewujudkan itu semua.

Tanda bahwa Thalut akan menjadi raja, adalah kembalinya Tabut pada Bani Israil. Banyak sumber menyebutkan Tabut ini adalah peti tempat menyimpan Taurat, yang sebelumnya diambil sama musuhnya Bani Israil. Ternyata benar itu terbukti, Tabut kembali pada mereka. Akhirnya mereka percaya dan siap dipimpin oleh Thalut untuk melawan Jalut.

Di perjalanan untuk melawan Jalut, mereka melewati sungai. Terus terjadilah peristiwa itu. Thalut bilang sungai itu adalah ujian dari Allah. Siapa yang meminumnya bukan bagian dari tentara Thalut, kecuali yang seciduk dari tangannya. Kemudian banyak yang melanggarnya sampai akhirnya mereka bilang tidak sanggup lagi melawan Jalut dan tentaranya. Kemudian ada yang berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.

Kalau kata Republika sih yang melanjutkan perjalanan melawan Jalut itu hanya 300an orang (awalnya berjumlah 80.000).  Lalu akhirnya mereka mendapat kemenangan dengan izin Allah, dan Jalut pun dibunuh oleh Daud yang saat itu bagian dari pasukan Thalut. Nantinya Daud menjadi pemimpin Bani Israil dan diangkat sebagai nabi oleh Allah.

Tentang perang melawan pasukan Jalut ini, jadi ingat Perang Badar ya, tentang pasukan kecil menang atas pasukan yang besar. Karena ternyata yang menentukan kemenangan adalah Allah. Tapi meskipun jumlahnya sedikit, kualitas pasukan ini luar biasa.. Pasukan Thalut dan Pasukan Badar terdiri dari orang-orang yang lulus melewati ujian. Dalam kondisi sumberdaya yang minim, kalau tetap percaya sama Allah, insya Allah akan turun bantuan dariNya.

Yak, jadi makin pengen denger cerita lengkap Bani Israil 😀

sumber bacaan: Republika Online, Tafsir Ibnu Katsir, tafsir.web.id

Leave a comment