Tadabbur Quran #4: Memberi Pinjaman pada Allah

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Barang siapa yang meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (QS Al Baqarah: 245)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia menceritakan, ketika turun ayat tersebut, Abu Dahdah Al-Anshari bertanya, “Ya Rasulullah, apakah Allah mengharapkan pinjaman dari kita?”. “Ya wahai Abu Dahdah”, jawab Rasulullah. Kemudian Abu Dahdah berujar, “Perlihatkan tanganmu kepadaku ya Rasulullah.” Kemudian Rasulullah mengulurkan tangannya dan Abu Dahdah berkata, “Sesungguhnya aku akan meminjamkan kepada Rabbku kebunku.” Ibnu Mas’ud menceritakan, “Di dalam kebun itu terdapat enam ratus pohon kurma dan di sana tinggal pula ibu Abu Dahdah dan keluarganya.” Ibnu Mas’ud melanjutkan kemudian Abu Dahdah  datang dan memanggilnya, “Hai Ummu Dahdah”. “Labbaik”, jawabannya. Dia berujar, “Keluarlah, karena aku telah meminjamkannya kepada Rabbku.”

Pinjaman yang baik berarti infak di jalan Allah. Ada juga yang bilang, pemberian nafkah pada keluarga. Ada juga yang berpendapat, yaitu tasbih dan taqdis (penyucian). (sumber: Tafsir Ibnu Katsir)

“Pinjaman yang baik” ini tidak hanya ada di ayat ini, tapi ada di beberapa ayat lagi dalam Quran, salah satunya di QS Al Hadid. Ustadz Nouman menjelaskan kenapa digunakan kata pinjaman, mungkin salah satunya adalah Allah tahu bahwa manusia sangat pelit. Bayangkan kalau misalnya ibu kita yang sudah tua, datang kemudian bilang mau pinjam uang. Kata ustadz Nouman, kalau ibu saya sampai bilang kayak gitu, berarti saya pelit banget, sampai dikira untuk ibu sendiri gak mau ngasih, jadi beliau harus pinjam.

Padahal semua yang kita miliki sebenarnya bukan milik kita, tapi titipan dari Allah. Jadi, luar biasa banget kalau ada pemilik yang bilang pada orang yang sudah diberi olehnya, saya pinjam ya. Betapa sangaaat sopan sekali dan menjaga hati orang yang diberinya.

Kita diminta meminjamkan sesuatu yang awalnya bukan milik kita, udah gitu kita dapat hadiah dari peminjaman itu. Allah memberikan ganti yang berlipat ganda untuk peminjaman itu. Sesuai yang disebutkan di QS Al Baqarah: 261.

spring-tree-vector-382157

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.”

Selanjutnya firman Allah, “Allah menahan dan melapangkan (rezki)” artinya berinfaklah dan janganlah kalian pedulikan, karena Allah Maha memberi rezeki (sumber: Tafsir Ibnu Katsir). Jadi kalau banyak berinfak, bukan berarti harta berkurang. Karena setelah itu, Allah dengan mudah bisa melapangkan rezeki orang yang sudah berinfak. Orang yang pelit berinfak pun belum tentu hartanya terus bertahan, karena Allah dengan mudah bisa menyempitkan rezekinya.

Apalagi sekarang di bulan Ramadhan, balasan infak pastinya lebih berlipat ganda lagi.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari, no.6)

Diibaratkan demikian karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus cepat. Dalam hadits juga angin diberi sifat ‘mursalah’ (berhembus), mengisyaratkan kedermawanan Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki nilai manfaat yang besar, bukan asal memberi, serta terus-menerus sebagaimana angin yang baik dan bermanfaat adalah angin yang berhembus terus-menerus. Penjelasan ini disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari. (sumber: muslim.or.id)

Berinfak di jalan Allah, atau memberi pada orang yang membutuhkan, mungkin terlihat menguntungkan pihak yang diberi. Yang terlihat adalah pihak yang diberi itu dibantu. Tapi sebenarnya pihak yang memberi juga dibantu, yaitu dibantu untuk mengikis kekikiran dalam dirinya. Dibantu untuk latihan meletakkan harta di tangan dan bukan di hati. Dibantu untuk merasakan kebahagian. Karena uang itu bisa membeli kebahagiaan, asalkan dikeluarkan di tempat yang tepat, yaitu untuk berinfak di jalan Allah atau untuk membantu orang lain 😀

Leave a comment